Model Pembelajaran Explicit Instruction
Pengertian Model Explicit
Instruction
Explicit Intruction (pengajaran langsung) merupakan suatu pendekatan
yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur
dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah
demi selangkah (Suyatno, 2009:127).
Selain itu, Rosenhina, dkk (dikutip
Yasa, 2012) mengemukakan bahwa Explicit
Intruction merupakan suatu model pembelajaran secara langsung agar siswa
dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan
aktif dalam suatu pembelajaran.
Arend dalam Trianto (2010:41) menjelaskan bahwa model Explicit
Intruction disebut juga dengan direct instruction merupakan salah
satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah.
Kemudian Anurrahman (2009:169) mengemukakan bahwa Explicit
Intruction atau yang dikenal sebagai pengajaran langsung merupakan suatu
model dimana kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di
dalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat
terhadap kemajuan siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol
secara ketat pula.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Explicit
Intruction merupakan suatu
pendekatan atau model pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan
belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif sehingga agar siswa dapat
memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif
dalam suatu pembelajaran dengan pola selangkah demi selangkah
Tujuan dan Ciri Model Explicit Instruction
Kardi, dkk dikutip Uno, dkk (2012:117) ada beberapa ciri-ciri model Explicit
Intruction (pengajaran langsung),
yaitu sebagai berikut.
a)
Adanya
tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian
belajar.
b)
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran dan
c)
Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang
diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil.
Selain itu, Weil dan Calhoun (dikutip Anurrahman, 2009:169),
mengemukakan bahwa tujuan utama dari penggunaan model tersebut, yaitu untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa, sedangkan dampak pengajarannya
adalah tercapainya ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya
motivasi belajar siswa serta meningkatkan kemampuan siswa. (Weil dan Calhoun,
dalam Anurrahman, 2009:169).
Langkah-Langkah Model Explicit Instruction
Pada pelaksanaan
model Explicit Intruction (EI) dapat berbentuk ceramah, demontrasi,
pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok.
Hal ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan
langsung oleh guru kepada siswa (Kardi dikutip Uno, dkk, 2012:118). Tekait hal
tersebut, maka dalam penerapannya penyusunan waktu yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat
merancang dengan tepat, waktu yang digunakan. Dari uraian tersebut, maka
seorang guru harus memahami langkah-langkah atau sintaks dari model
tersebut.
Suprijono (2010:130) menyatakan bahwa ada beberapa tahapan atau
langkah dalam pengajaran langsung (Explicit Intruction), meliputi: (1) menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa, (2) mendemontrasikan pengeatahuan dan keterampilan, (3)
membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan
(5) memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
Selain itu, Qirana, dkk
(2008:2) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah-langkah pembelajaran model Explicit
Instruction adalah (1) guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa;
(2) guru mendemonstrasikan materi; (3) guru membimbing murid dalam pelatihan;
(4) guru memberikan umpan balik; serta (5) pelatihan mandiri. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
TAHAPAN-TAHAPAN MODEL EXPLICIT INTRUCTION
Fase
|
Peran Guru |
Fase I |
Guru menjelaskan TPK, informasi latar
belakang, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
|
Fase 2Mendemontrasikan pengeta-huan serta keterampilan |
Guru mendemontrasikan keterampilan dengan
benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
|
Fase 3Membimbing pelatihan |
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
|
Fase 4Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik |
Mengecek apakah siswa teah berhasil
melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
|
Fase 5Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan |
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan
perhatian khusus pada penerapan kapada situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari.
|
Berdasarkan fase yang terdapat pada tabel 1, maka peneliti menyimpulkan
bahwa pada tersebut terdiri dari fase persiapan, yang terdiri dari fase
menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa yang mencakupi (1) guru memberikan
tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta
memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu, (2) penyampaian
tujuan kepada siswa dapat dilakukan oleh guru melalui rangkuman rencana
pembelajaran dengan cara menuliskannya dipapan tulis, (3) kegiatan ini
bertujuan menarik perhatian orang (siswa), memusatkan perhatian siswa pada
pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah
dimilikinya, relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.
Kemudian dilanjutkan dengan fase mendemontrasikan pengetahuan serta
keterampilan yang mencakupi (1) melakukan presentasi atau demontrasi
pengetahuan dan keterampila, (2) pengajaran langsung berperan teguh pada
asumsi, bahwa sebagaian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari
mengamati orang lain, (3) mencapai pemahaman dan penugasan meliputi untuk
menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan
sebaliknya, guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap
tahap demontrasi.
Selanjutnya, fase pelatihan dan pemberian umpan balik meliputi 1)
membimbing pelatihan mencakupi (1) berlatih meliputi guru dapat mendemontrasikan sesuatu dengan
benar-benar diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek penting
dari keterampilan atau konsep yang didemontrasikan, (2) memberikan latihan
terbimbing dalam hal ni ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam menerapkan dan melakukan pelatihan, yaitu sebagai berikut. a) menguasai
siswa melakukan latihan singkat, b) memberikan pelatihan pada siswa sampai
benar-benar mengusai konsep / keterampilan yang dipelajari, (3) hati-hati
terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan terus-menerus
dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa, (4) memperhatikan
tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang
kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari. Selanjutnya 2) mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik tahap ini disebut juga dengan tahap
resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan secara lisan atau tertulis
kepada siswa dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa.
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan yang
dilakukan dengan memberikan
kesempatan latihan mandiri yang di
hubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam melakukan hal ini yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri, yaitu: a) tugas rumah
yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi
merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya, b) guru
seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan
mereka dalam membimbing siswa dirumah, dan 3) guru perlu memberikan umpan balik
tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Saminanto, 2010. Ayo Praktik Penelitian
Tindakan Kelas. Semarang: Rasail Media Group.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Suyatno. 2010. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.
Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Tim Penyusun. 2013. Pedoman
Penulisan Skripsi. Palembang : FKIP
Universitas. PGRI
Trianto. 2010. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Perenada Media Grup.
Yasa Eka Marta I Wayan. 2008. Penerapan
Model Pembelajaran Explicit Instruction Berbantuan CD Interaktif untuk
Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Multimedia dalam
Pembelajaran Audio Digital di SMK TI Bali Global Singaraj. Jurnal Karmapati
pada www.pti-undiksha.com diakases
tanggal 23 Maret 2013.
Wena, Made 2009. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontenporer. Jakarta : Bumi Aksara.
Model Pembelajaran Talking Stick
Model
pembelajaran talking stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif, guru memberikan
siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain
dengan cara mengoptimalisasikan partisipasi siswa (Lie, 2002:56). Kemudian
menurut Widodo (2009) mengemukakan bahwa talking stick merupakan
suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran.
Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya.
Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya
secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat
dan pertanyaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran talking stick merupakan salah satu dari model
pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran
dengan memberikan siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain
sehingga mengoptimalisasikan partisipasi
siswa.
Menurut
Sugihharto (2009) mengemukakan bahwa model pembelajaran talking stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai
dengan pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda, serta (4) enghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Suprijono (2009:90) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran talking stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut terdapat beberapa langkah sebagai berikut.
dengan pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda, serta (4) enghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Suprijono (2009:90) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran talking stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut terdapat beberapa langkah sebagai berikut.
Pembelajaran dengan model pembelajaran talking stick
diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Siswa
diberikan kesempatan membaca materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk
aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bukunya. Guru
mengambil tongkat yang telah disiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan
kepada salah satu siswa. Siswa yang menerima tongkat diwajibkan menjawab
pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika shick bergulir dari
siswa ke siswa lainnya, seyogjanya diiringi musik. Langkah terakhir dari model
pembelajaran talking stick adalah guru memberikan kesempatan kepada
siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberi
ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama
siswa merumuskan kesimpulan.
Selain itu, Suyatno (2009:124), menyatakan bahwa ada beberapa langkah atau sintaks dari
langkah model pembelajaran talking stick, yaitu sebagai berikut.
1)
Guru
menyiapkan sebuah tongkat.
2)
Guru
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangan / paketnya.
3)
Setelah
selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan siswa untuk
menutup bukunya.
4)
Guru
mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
5)
Guru
memberikan kesimpulan.
6)
Evaluasi.
7)
Penutup.
Kemudian menurut Widodo
(2009), menjelaskan bahwa sintaks atau langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran talking stick, yaitu sebagai berikut.
a. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran/KD.
b. Guru menyiapkan sebuah
tongkat.
c. Guru menyampaikan materi
pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membaca dan mempelajari materi lebih lanjut.
d. Setelah siswa selesai
membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan
mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru.
e. Guru mengambil tongkat dan
memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat menjawabnya
maka tongkat diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian
besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
f. Guru memberikan kesimpulan.
g.
Evaluasi.
h.
Penutup.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sintaks yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah (a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD, (b) guru menyiapkan sebuah tongkat, (c)
guru menyampaikan
materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut, (d) setelah siswa selesai
membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan
mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru, (e) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada
siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, (f) guru memberikan kesimpulan,
(g) evaluasi dan penutup.
Kelebihan dan kekurangan dari penggunaan model pembelajaran talking stick yang dikemukakan oleh
Kiranawati (2007), mengemukakan bahwa kelebihannya melupti (1) menguji
kesiapan siswa, (2) melatih membaca dan memahami dengan cepat, dan (3) agar
lebih giat belajar (belajar dahulu). Sedangkan untuk kekuranganya ialah membuat
siswa senam jantung.
MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengertian Model
Pembelajaran
Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto,2007:5).
Sedangkan menurut Suprijono (2010:46) menyatakan bahwa model pembelajaran dapat
difenisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Selain itu, Anurrahman (2009:146) mengutarakan pendapat bahwa model
pembelajaran merupakan suatu perangkat rencana atau pola yang dapat
dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pelajaran serta membimbing aktivitas
pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perangkat rencana
atau kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang
bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas di kelas atau pembelajaran dalam tutorial guna
mencapai tujuan belajar.
Dalam menggunakan atau
menerapkan suatu model pembelajaran dalam penyampaian materi terdapat suatu
keunggulan dari penggunaan model pembelajaran tersebut bilamana seorang guru
mampu mengadapatasikan atau mengkombinasikan beberapa model sehingga menjadi
lebih serasi dalam mencapai hasil belajar siswa yang lebih baik (Anurrahaman ,
2009:146).
Dari penjelasan di atas, maka dalam penggunaan model pembelajaran yang
tepat dalam memberikan materi pada siswa mampu merangsang timbulnya rasa senang
siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi bahkan
keaktifan siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi.
B. Ciri-Ciri dan Fungsi Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2007:6) model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau
prosedur. Model pembelajaran atau pengajaran mempunyai empat cri khsusus yang
tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Rasional teoretik
logis yang dissusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b.
Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai).
c. Tingkah laku
mengajar yag diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
d.
Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (Kardi dan Nur,
dalam Trianto, 2007:6)
Dari uraian tersebut, maka
menurut Suprijono (2010:49) menyebutkan bahwa model pembelajarang berfungsi
untuk membantu perserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berpikir dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagai para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.
C. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran
Menurut Isjoni dalam Rosmawaty
(2010:7) menyatakan bahwa dalam
prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan berhasil jika memenuhi
prinsip-prinsip, yaitu sebagai berikut.
a.
Semakin
kecil upaya yang dilakukan oleh guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa.
b.
Semakin
sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar.
c.
Sesuai
dengan cara belajar siswa yang dilakukan.
d.
Dapat
dilaksanakan dengan baik oleh guru.
e., Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis
materi, dan proses belajar yang ada .
Berdasarkan
prinsip yang dikemukan oleh para ahli terlihat bahwa suatu model pembelajaran
seorang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip tersebut sehingga model
pembelajaran yang akan digunakan bisa dikatakan berhasil digunakan dalam proses
belajar mengajar.
D. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Berikut
model pembelajaran yang sering oleh seorang guru dalam suatu proses
pembelajaran untuk menyampaikan materi pada siswa, yaitu sebagai
berikut.
a. Mind
Mapping
Mind mapping (peta
pikiran) adalah suatu cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi ke luar otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan
efektif (Suyatno, 2009:99). Selain itu, mind mapping adalah suatu cara memetakan sebuah
informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan
berbagai imajinasi kreatif (Sulistiyaningsih, 2010). Menurut Indriyani
(2010) mind mapping merupakan suatu strategi pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan dengan menggambarkan hal-hal
yang bersifat umum kemudian baru ke hal-hal yang bersifat khusus dalam sebuah
peta.
Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak
yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan
otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna,
simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang
diterima.
Berdasarkan beberapa
pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mind mapping merupakan
suatu strategi pembelajaran untuk menempatkan atau memetakan sebuah informasi
yang bertujuan mengembangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan.
Menurut Suyatno (2009:99) menjelaskan bahwa manfaat
peta pikiran (mind mappin), yaitu a) memberikan pandangan menyeluruh
pokok masalah atau area yang luas, b) memungkin kita merencanakan rute atau
membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan dimana kita
berada, c) mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat, d) mendorong
pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif
baru, dan f) merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca, serta
direnungkan dan ingat
Selanjutnya
Suyatno (2009:100) menyebutkan manfaat peta pikiran memberikan manfaat bagi
anak-anak, antara lain (a) membantu dalam mengingat, (b) mendapatkan ide, (c)
menghemat waktu, (d) berkosentrasi, (e) mendapatkan nilai uang lebih bagus, (f)
mengatur pikiran dan hobi, (g) media bermain, (h) bersenang-senang dalam
menuangkan imajinasi yang tentunya memunculkan kreativitas. Selain itu
menurut Buzan dalam Kurniawati (2010) model pembelajaran mind mapping dapat
bermanfaat untuk: 1) Merangsang
bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis, 2) Membebaskan diri dari seluruh jeratan
aturan ketika mengawali belajar, 3) Membantu
seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan, 4) Membuat rencana
atau kerangka cerit, 5) Mengembangkan
sebuah ide, 6) Membuat
perencanaan sasaran pribadi, 7) Memulai usaha
baru, 8) Meringkas isi
sebuah buku, 9) Fleksibel, 10) Dapat memusatkan
perhatian, 11) Meningkatkan
pemahaman dan 12) Menyenangkan dan
mudah diingat.
Manfaat peta pikiran juga
dikemukakan dalam http://herdy07.wordpress.com
diakses tanggal 13 Febuari 2011 terdapat beberapa manfaat memiliki mind mapping antara lain : (1) merencana; (2)
berkomunikasi; (3) menjadi kreatif; (4) menghemat waktu; (5) menyelesaikan
masalah; (6) memusatkan perhatian; (7)
menyusun dan menjelaskan fikiran – fikiran; (8) mengingat dengan lebih baik;
(9) belajar lebih cepat dan efisien; dan (10) melihat gambar keseluruhan.
Menurut Ahmadi (2009:182) menyatakan bahwa mind mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa untuk menentukan alternatif jawaban dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. .Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan
ditanggapi oleh siswa/sebaliknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
c. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif
jawaban hasil diskusi.
e. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca
hasil diskusinya dan guru mencatat di papan tulis dan mengelompokkan sesuatu
kebutuhan guru.
f. Dari data-data di papan
siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai dengan
konsep yang disediakan oleh guru.
Selain itu, http://wyw1d.wordpress.com diakses tanggal 13 Februari 2011 menjelaskan bahwa model pembelajaran mind mapping sangat
baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan
(2 orang) dengan langkah-langkah pembelajarannya.
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
c) Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok
berpasangan dua orang.
d) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya.
e) Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan
hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
f)
Guru
mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
g)
Kesimpulan/penutup.
Suyatno
(2009:94) menyatakan bahwa untuk mengajak anak (siswa) membuat peta
pikiran diperlukan beberapa hal, yaitu kertas kosong bergaris, pena atau
spidol berwarna, otak dan imajinasi. Tujuh lagkah dalam membuat peta
pikiran: (a) mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi
panjangnya diletakkan mendatar, (b) gunakan gambar atau foto untuk ide
sentral, karena gambar melambangkan topik utama, (c) gunakan warna,
karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar sehingga peta
pikiran lebih hidup, (d) hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke
tingkat satu dan dua, dan seterusnya, (e) buatlah garis hubung yang
melengkung, (f) gunakan satu kata kunci untuk setiap cabang atau garis,
dan (g) gunakan gambar, karena setiap gambar bermakna seribu kata. Dalam membuat Mind Mapping juga diperlukan keberanian dan kreativitas yang tinggi. Variasi dengan huruf capital, warna, garis bawah atau simbol-simbol yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan mind mapping yang telah dibuat akan lebih mengesankan. Membuat Mind Mapping yang terdapat didalam (http://astutimin.wordpress.com diakses tanggal 13 Februari 2011 ) Tony Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar mind mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut
(a) Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran
A3 dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic diletakkan ditengah-tengah kertas
dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3 warna.
(b)
Garis: lebih
tebal untuk bois dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin
tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang
kata atau
image yang ada di
atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
(c)
Kata: menggunakan
kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan
huruf cetak supaya lebih jelas
dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari
pusat.
(d) Image: gunakan
sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan ritme karena lebih
menarik serta mudah untuk diingat dan
dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 dimensi agar lebih menarik
lagi.
(e) Warna: gunakan
minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna. Warna berbeda untuk setiap bois dan
warna cabang harus mengikuti
warna bois.
(f) Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topic terletak di
tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabangcabangnya menyebar ke segala arah.
bois umumnya terdiri dari 2– 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam
dimulai dari arah jam 1.
Kelebihan
dari mind mapping dalam http://mahmmudin.wordpress.com
diakses tanggal 13 Februari 2011, sebagai berikut.
a. Dapat
mengemukakan pendapat secara bebas.
b. Dapat bekerjasama
dengan teman lainnya
c. Catatan lebih
padat dan jelas
d. Lebih mudah
mencari catatan jika diperlukan.
e. Catatan lebih
terfokus pada inti materi
f.
Mudah melihat gambaran keseluruhan
g. Membantu Otak
untuk: mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat hubungan
h. Memudahkan
penambahan informasi baru
i.
Pengkajian ulang bisa lebih cepat
j.
Setiap peta bersifat unik
Selain
mempunyai kelebihan mind mapping juga memiliki kelemahan atau
kekurangan, yaitu sebagai berikut.
a) Hanya siswa yang
aktif yang terlibat.
b) Tidak sepenuhnya
murid yang belajar
c)
Mind map siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan
memeriksa mind map siswa.
b, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball
Throwing
“Model snowball throwing merupakan
suatu cara untuk melatih siswa agar lebih tanggap menerima pesan dari orang
lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.
Pertanyaan atau pesan tersebut ditulis dengan menggunakan kertas berisi
pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan
kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab
pertanyaannya”
Menurut Pendidikan dan Latihan Propesi Guru (PLPG,
2008:22) mengemukakan bahwa snowball throwing dapat diartikan
suatu gumpalan kertas yang tertulis pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan pada
siswa lainnya dengan tujuan untuk terjadi tanya jawab terhadap masing-masing
kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa snowball throwing merupakan suatu cara untuk melatih siswa agar lebih
tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
temannya dalam satu kelompok. Pertanyaan tersebut dilemparkan dengan
menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas
lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain, dengan kata lain bola tersebut
dikenal dengan bola salju sehingga terjadinya tanya jawab antara siswa.
Pendidikan dan Latihan Propesi Guru
(PLPG, 2008:22) menyatakan bahwa dalam terlaksananya proses belajar mengajar
dengan menggunakan snowball throwing seharusnya guru memperhatikan
langkah-langkah yang harus dilakukan. Berikut adalah langkah-langkah
pembelajaran snowball throwing tersebut sebagai berikut:
1)
Guru menyampaikan
materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk
kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi,
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya,
4)
Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.
5) Kertas tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit.
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada
siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk
bola tersebut secara bergiliran.
7)
Peserta didik
memberikan kesimpulan.
8)
Evaluasi dan penutup.
PEMBELAJARAN TERPADU
Joni dalam Trianto (2010:56)
mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik
individu maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna dan otentik. Selain itu, Hamalik (2008:133)
menjelaskan bahwa pembelajaran terpadu
adalah suatu sistem pembelajaaran yang bertitik tolak dari suatu masalah atau
proyek yang dipelajari/dipecahkan oleh siswa baik secara individual maupun
secara kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan bimbingan guru guna
meengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegrasi.
Kemudian
Hadisubroto dalam Trianto (2010:56)
menyatakan pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran yang diawali
dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitan dengan pokok
bahasan lain atau konsep tertentu
dikaitkan dengan konsep lain, diberikan secara spontan atau
direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dengan beragam pengalaman
belajar anak, maka pembelajaran itu bermakna.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah suatu
perencanaan yang mengkaitkan antara konsep yang dikaitkan dengan konsep yang
lainnya, pokok bahasan atau sub pokok yang dikaitkan dengan pokok bahasan atau
sub pokok yang lainnya sehingga mencapai tujuan tertentu.
Pada
dasarnya pembelajaran atau pengajaran terpadu dimaksudkkan sebagai kegiaatan
mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema.
Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan mengajar dengan cara ini dapat dilakukan
dengan mengajarkan beberpa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan (Ujang,
dkk dalam Trianto, 2010:56).
Pembelajaran
terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan suatu pendekatan belajar mengajar
yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna
kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengajaran terpadu, anak
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan lansung
dan menghubungkannya dengan konsep yang mereka pahami.
Berdasarkan
uraian di atas, maka diharapkan dengan menggunakan pembelajaran terpadu seorang
guru akan mampu mengatasi kendala yang dialaminya terutama pada keaktifan siswa
untuk menerima materi yang diberikan sehingga hasil belajar siswa akan
meningkat dengan optimal.
Pembelajaran
terpadu sebagai proses yang mempunyai beberapa karakteristik, antara lain
sebagai berikut:
1) Holistik dan
bermakna, merupakan suatu gelaja yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa kajian sekaligus, tidak
dari sudut pandang yang berbeda. Pengkajian suatu gelaja dari beberapa aspek
memungkinkan terbentuk semacam jalinan antara konsep-konsep yang saling
berhubungan, 2) otentik, pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami
secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan
belajar secara langsung, 3) aktif, pembelajaran terpadu menekankan keaktifan
siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual maupun
emosional guna tercapai hasil belajar yang optimal (Depdikbud dalam Trianto,
2010:61-63).
Selain itu, Suryasubroto
dalam Nurbaiti
(2010:10), pembelajaran terpadu memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1) berpusat pada siswa, 2) memberikan pengalaman langsung, 3)
pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari
berbagai
mata pelajaran, 5) bersifat fleksibel, dan 6) hasil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa,. Berikut akan
penulis uraikan tujuh karakteristik pembelajaran terpadu tersebut.
1) Berpusat pada siswa; proses pembelajaran yang
dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktiviitas dan harus mampu
memperkaya pengalaman belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung: agar
pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan
mengalami sendiri. Atas dasar ini maka giuru perlu menciptakan kondisi yang
kondusif dan memfalitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas:
mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling berkaitan maka
batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran: pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh.
5)
Bersifat fleksibel:
pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antara mata
pelajaran.
6)
Hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa
Trianto (2010:58), secara umum
prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifiksikan menjadi: (1) prinsip
penggalian tema, (2) prinsip pengelolaan pembelajaran, (3) prinsip evaluasi,
dan (4) prinsip reaksi. Untuk lebih jelasnya berikut akan peneliti uraiakan
keempat prinsip dasar pembelajaran terpadu tersebut.
a.
Prinsip
Penggalian Tema
Prinsip
penggalian tema merupakan prinsip utama dalam proses pembelajaran terpadu.
Artinya tema-tema yang saling berkaitan atau tumpang tindih dan ada keterkaitan
menjadi target utama pembelajaran. Dengan demikian, dalam penggalian tema
tersebut hendaklah memerhatikan beberapa persyaratan, antara lain sebagai
berikut.
a)
Tema
hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran.
b)
Tema harus
bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi
siswaa untuk belajar selanjutnnya.
c)
Tema yang
dipilih hendaknya mempertimbangkan psikologi anak.
d)
Tema yang
dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi
dalam rentang waktu belajar.
e)
Tema yang
dipilih hendaknya mempertimbangkan ketersedian sumber belajar.
b.
Prinsip
Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal
apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses pembelajaran
tersebut.
c.
Prinsip
Evaluasi
Untuk melaksanakan evaluasi dalam
pembelajaran terpadu harus memperhatikan langkah-langkah positif antara lain
sebagai berikut.
a)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya.
b)
Guru perlu
mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
d.
Prinsip
Reaksi
Prinsip
reaksi merupakan dampak pengiring yang penting bagi perilaku secara sadar belum
tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
Ada beberapa kelebihan yang dapat dipetik melalui
pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut:
a. Dengan
menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena
dari ketiga kajian dapat diajarkan secara sekaligus, b. siswa dapat melihat
hubungan yang bermakna antara konsep, c. meningkatkan taraf kecakapan berpikir
peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang
luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran, d. pembelajaran
terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari, e. memotivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan
ditingkatkan, serta f. pembelajaran terpadu dapat membantu menciptakan struktur
kognitif yang menjembatani antara pengetahuan awal siswa dengan pengalaman
belajar yang terkait, pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan
memudahkan memahami hubungan materi. (Trianto, 2007:107).
Di samping kelebihan
yang dikemukan di atas terdapat juga kekurangan yang dilihat dari beberapa
aspek antara lain sebagai berikut.
a) Aspek Guru. Guru harus berwawasan luas, memiliki
kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang hendal, rasa percaya diri dan
berani mengemas dan mengembangkan materi, bila semua ini tak dipenuhi maka
proses peebelajaran tidak akan bisa berjalan dengan baik., b) aspek Peserta
Didik. Model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan mengurai,
menghubung-hubungkan dan kemampuan menemukan dan menggali. Bila kondisi ini
tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat, c)
aspek kurikulum. Kurikulum harus bersifat luwes, dan guru pelu diberi
kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan
pembelajaran siswa, d) aspek Penilaian. Guru dituntut untuk menyediakan teknik
dan prosedur pelaksanaan penilaian dan juga guru harus berkoordinasi dengan
guru lain, bila materi pelajaran berbeda dari guru lain., serta e) suasana
pembelajaran. Pada saat mengajarkan sebuah tema, maka guru berkecenderungan
menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut dengan pemahaman,
selera, dan latar belakang pendidikan
guru itu sendiri. (Trianto, 2007:108).
3 komentar:
wahhh .. di tunggu update tannya gann
pertanyaan apakah yng mesti saya jawab
Tanggal tahun berapa ya ini di akses??
Posting Komentar